Menjadi 'Entrepreneur' muda harus memiliki bekal yang mumpuni untuk menjadi Wirausahawan yang handal. Bukan hanya jumlah wirausahawan yang masih sedikit, motivasi berwirausaha juga masih minim di Indonesia. Padahal, kata ekonom Aviliani, jika wirausaha Indonesia tidak tangguh, maka masyarakat ekonomi ASEAN akan masuk dan menguasai lini ini pada 2015.
"Peningkatan daya tahan perlu dilakukan untuk wirausaha Indonesia. Selain itu juga menginspirasi lebih banyak lagi orang untuk berwirausaha," kata Aviliani,
Berikut adalah Bekal Yang Harus Dimiliki 'Entrepreneur' Muda :
Pentingnya inovasi
Menurut Aviliani, untuk memiliki daya tahan yang tangguh dan berdaya saing tinggi, wirausahawan perlu berinovasi. Inovasi tak berhenti saat kali pertama membangun bisnis. Untuk memenangkan persaingan, inovasi perlu dilakukan terus-menerus.
"Wirausaha bukan sekadar bermodalkan pintar jualan. Bisnis restoran tak akan berkembang jika tak dibarengi inovasi. Berinovasi dengan kemasan yang berbeda, orang akan datang. Di sinilah pentingnya inovasi," Aviliani mencontohkan.
Tanpa inovasi, usaha akan berjalan di tempat.
Daya tahan tinggi
Aviliani menegaskan, mentalitas wirausaha perlu dibangun sejak dini. Kemampuan bertahan saat kondisi sedang jatuh menunjukkan mentalitas pebisnis. Dengan mental yang kuat, pebisnis takkan begitu saja menutup usahanya saat sedikit merugi atau mengalami masa krisis.
Wirausahawan harus tahan banting dalam berbagai situasi yang dihadapi. Tak boleh menjadi pebisnis yang hanya senang saat keuntungan melimpah, lalu menjadi lemah saat kerugian melanda bisnisnya.
Kemampuan manajemen diri
Bagaimana bisa mengatur orang lain jika tak bisa mengatur diri sendiri? Kemampuan manajemen diri perlu teruji. Inilah prinsip yang harus dipegang teguh entrepreneur jika ingin sukses dengan usahanya.
"Usaha menjadi tidak tangguh karena utang terlalu banyak untuk kepentingan konsumsi pribadi. Inilah sebabnya pengusaha sukses orangnya itu-itu saja," kata Aviliani menggambarkan ketidakmampuan wirausahawan pemula mengatur dirinya.
Bagaimana tolok ukurnya? Pebisnis yang tidak tangguh dan tak mampu mengatur dirinya akan menghabiskan 50 persen pinjaman kredit untuk konsumsi diri dan 50 persen untuk usaha. Ini jelas salah kaprah.
Menurut Aviliani, kebanyakan orang Indonesia membelanjakan pinjaman kredit untuk gaya hidup daripada untuk bertahan dengan bisnisnya. Anggapannya, dengan membuat tampilan luar yang bagus, akan menarik konsumen datang. Pada akhirnya, kredit yang harusnya dimanfaatkan untuk membuat bisnis bertahan malah habis percuma untuk kebutuhan yang sifatnya konsumtif.
Mengubah pola pikir pekerja menjadi pengusaha
Menjadi entrepreneur adalah inspirasi bagi orang lain sekaligus mendorongnya mengubah mindset atau pola pikir.
"Orang daerah selalu menanyakan anaknya, nanti mau kerja di mana. Banyak juga orangtua yang senang jika anaknya menjadi PNS. Padahal ekonomi kelas menengah bisa meningkat dengan wirausaha," lanjut Aviliani.
Banyak cara menginspirasi orang lain menjadi pengusaha skala kecil menengah atau besar di Indonesia. Salah satunya, Anda, dengan latar pendidikan tinggi, tak lagi mencari kerja, tetapi justru menciptakan lapangan kerja dengan berwirausaha.
Seperti dilakukan Hendy Setiono, pemilik waralaba Kebab Turki Baba Rafi. Pria yang memulai bisnis sejak berusia 19 tahun ini sukses mengembangkan usaha waralaba lokal buatannya. Hendy yang terpilih sebagai juri Diplomat Success Challange telah teruji dalam hal daya tahan.
"Dari 14 usaha yang saya bangun, delapan di antaranya gagal. Tidak ada sukses yang instan," katanya di kesempatan yang sama.
Menurut Hendy, generasi muda masih terobsesi mencari lapangan kerja. "Padahal, setelah lulus kuliah, semestinya mereka bisa menciptakan lapangan kerja," tambah pria yang pernah berkuliah di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, ini.