Barangkali Anda sudah pernah mendengar anekdot ini.
Alkisah, di sebuah pameran International Neurology Expo di Singapore dijual
replika otak asli orang Indonesia, Jepang dan Amerika. Dalam daftar harga,
tertera otak manusia Indonesia berharga paling mahal. Salah seorang pengunjung
dari tanah air, dengan penasaran dan setengah bangga bertanya, kenapa otak
orang Indonesia harganya paling mahal. Karena jarang dipakai, begitu jawaban
sang penjaga stan.
Anekdot itu terngiang kembali di otak saya ketika
minggu lalu saya membaca sebuah buku bertajuk Brain Rules : Principles for
Thriving at Work, Home and School. Buku yang ditulis oleh John Medina, salah
satu pakar biologi saraf terkemuka asal Amerika ini, berkisah tentang sejumlah
aturan bagaimana sesungguhnya otak kita berkerja dan beroperasi. Disini kita
hanya mencoba menjenguk empat aturan diantaranya.
Berikut 4 Rahasia Bagaimana Cara Otak Kita Bekerja :
1 : Exercise Does Enhance Your Brain.
Ya, berolahraga secara rutin dan melakukan
pergerakan yang aktif ternyata memberikan impak yang amat besar bagi kesehatan
otak. Dalam buku itu disebutkan, orang yang rajin berolahraga dan aktif
bergerak dalam jangka panjang otaknya akan memiliki kemampuan problem solving
dan reasoning yang jauh lebih tangguh dibanding mereka yang malas bergerak dan
berolahraga.
Itulah mengapa, orang yang malas melakukan olahraga
dan seharian hanya duduk didepan cubicle sambil melototin layar komputer
otaknya bisa pelan-pelan tumpul dan cepat pikun kelak ketika berusia lanjut.
Ini persis seperti minggu lalu ketika saya berkunjung ke salah satu teman ayah
saya yang baru berusia 60-an tahun.
Opa satu ini sejak muda nyaris tak pernah olahraga,
demikian juga setelah pensiun. Jadi ia tak lagi mengenali saya ketika saya
datang bertandang ke rumahnya yang asri di Bintaro. Dan ketika saya kebelet
ingin buang air kecil serta bertanya, Om di mana kamar mandinya; dia mendadak
kebingungan sambil celingukan, dimana ya kamar mandinya.
Anda tidak ingin tulalit seperti itu kan? So, do
exercise every single morning. Rasakan kesegaran udara di pagi hari, dan jangan
pernah biarkan otak Anda mati sebelum waktunya.
2 : Multitasking is a myth.
Multitasking itu hanyalah mitos. Sebab, menurut John
Medina, otak kita bekerja dengan cara sekuensial (ber-urutan) dan tidak pernah
bisa dipaksa bekerja secara paralel. Itulah mengapa, mengemudikan mobil sambi
berhaha-hihi via ponsel langsung meningkatkan resiko kecelakaan hingga 9 kali
lipat. Dan itulah mengapa, melakukan penyelesaian tugas sambil berkali-kali
mendapatkan interupsi akan menghasilkan kualitas kerja 50 % lebih buruk dan 50
% lebih lamban.
Jadi kalau selama ini Anda rajin melakukan
multitasking – misalnya menyelesaikan laporan sambil tengak-tengok status via
Facebook; resiko kelambanan kerja dan penurunan akurasi laporan akan kian
meningkat secara dramatis. Karena itu, usahakanlah agar selalu mengerjakan
tugas secara fokus dan bertahap serta semuanya digarap secara sistematis.
3 : Ten Minutes Attention Span.
Medina bilang, ketika mendengarkan presentasi,
ceramah, kuliah, atau mendengarkan orang lain ngecap, otak kita ternyata hanya
bertahan untuk menaruh atensi maksimal 10 menit. Setelah itu, konsentrasi kita
untuk mendengarkan/ menyimak turun secara signifikan. Jadi kalau ada orang yang
nyerocos memberikan ceramah atau presentasi tanpa henti selama lebih dari 30
menit, maka hanya kesia-siaan yang akan diperoleh. Sebab, otak para audiens tak
akan pernah bisa lagi menangkap isi informasi secara optimal.
So, kelak jika Anda mendapat kesempatan presentasi
atau memberikan informasi; lakukanlah small break setelah 10 menit. Break ini
bisa berupa menyilakan audiens untuk bertanya; atau menyelinginya dengan
intermezo, atau menyampaikan kisah insiratif plus sekedar anekdot. Dengan ini,
maka konsentrasi para audiens akan bisa kembali terpelihara.
4 : classroom and cubicle are brain destroyers.
Ya, ternyata ada dua lingkungan yang menurut Medina
paling brutal membunuh daya kreasi otak kita. Dua lingkungan itu adalah : ruang
kelas perkuliahan/sekolah dan ruang cubicle perkantoran.
Ruang kelas yang isinya melulu ceramah oleh
dosen/guru yang monoton, satu arah dan acap membosankan, ternyata justru
membuat otak kita terpasung mati . Ruang cubicle kantor yang membuat Anda
tidak banyak bergerak secara aktif, tersekat-sekat, dan hanya memaksa Anda
untuk melakukan tugas repetitif juga berpotensi menumpulkan otak Anda.
Jadi bayangkanlah : selama bertahun-tahun (lebih
dari 15 tahun!) kita menghabiskan waktu kita di ruang kelas yang monoton nan
membosankan. Dan kini, ketika kita bekerja, kita kembali disekap bertahun-tahun
dalam ruang cubicle yang juga tidak banyak menawarkan ruang kreasi secara
optimal. Dengan kata lain, selama puluhan tahun otak kita dikunci dalam dua
lingkungan statis itu, dan jarang dipakai secara maksimal.
Jadi sungguh tak heran, kenapa otak kita harganya
paling mahal