Pelamar beasiswa harus menunjukkan pemahaman memadai mengenai bidang yang hendak dipelajarinya, semangat tinggi, kesiapan mental menghadapi budaya dan situasi berbeda, serta rencana yang jelas setelah lulus.
Kesempatan studi bagi siswa-siswi cerdas dengan keterbatasan ekonomi itu bisa diraih lewat lembaga-lembaga penyedia beasiswa. Caranya?
Umumnya, peminat harus melamar beasiswa lebih dulu ke lembaga-lembaga pengelola beasiswa. Jika sudah pasti mendapat beasiswa, baru mendaftar ke perguruan tinggi di negara terkait.
Namun, ada lembaga pengelola yang mensyaratkan peminat diterima terlebih dulu di perguruan tinggi. Kemudian, bukti penerimaan di perguruan tinggi itu digunakan untuk melamar beasiswa.
Adapun formulir pendaftaran bisa diperoleh di lembaga terkait atau diunduh dari situs lembaga pengelola beasiswa. Formulir yang telah diisi lengkap kemudian dikirim bersama dokumen yang dipersyaratkan. Misalnya, salinan ijazah dan daftar nilai yang diterjemahkan dan dilegalisir, surat keterangan orangtua (untuk mengikuti program bachelor), surat rekomendasi dari perusahaan, tokoh masyarakat atau profesor di universitas terkemuka (untuk yang sudah bekerja dan hendak mengikuti program magister atau doktoral), serta surat lamaran atau pernyataan motivasi.
Dalam surat tersebut, si pelamar harus bisa menjelaskan latar belakang pendidikan atau pekerjaannya, tujuan belajar, alasan memilih bidang studi, serta rencana masa depan terkait ilmu yang dipelajari dan manfaatnya bagi masyarakat. Jika diundang untuk wawancara, pelamar juga harus mampu meyakinkan tim seleksi.
Intinya, si pelamar harus menunjukkan pemahaman yang memadai mengenai bidang yang hendak dipelajarinya, punya semangat tinggi, kesiapan mental untuk menghadapi budaya dan situasi berbeda, serta rencana yang jelas mengenai apa yang akan dilakukan setelah menyelesaikan studi.
Syarat berbeda-beda
Meski ada banyak lembaga penyedia beasiswa, tetap diperlukan kejelian dalam memilih dan memahami persyaratan yang diberlakukan. Perlu diingat, mengirimkan begitu saja sebuah lamaran beasiswa, bisa jadi, malah berbuah bencana.
Sebagai contoh, Yayasan Toyota dan Astra (YTA) telah memberikan bantuan penelitian tesis atau disertasi bagi 69 mahasiswa S-2 dan S-3, serta 15.261 penerima beasiswa dari program S-1 reguler, serta Politeknik YTA. Berbagai program beasiswa di yayasan itu memiliki persyaratan dan sasarannya sendiri-sendiri.
Beasiswa Politeknik YTA, misalnya, disediakan bagi mahasiswa jurusan teknik mesin, teknik elektronika, teknik industri, teknik sipil, teknik komputer, teknik lingkungan, teknik kimia, dan teknologi informatika. Si calon penerima beasiswa haruslah berada di semester III atau IV dan memiliki IPK minimal 2,60 (skala 4) atau 6,5 (skala 10), belum bekerja tetap, dan tidak sedang menerima beasiswa atau ikatan dinas dari lembaga lain.
Adapun program beasiswa S-1 Reguler YTA khusus untuk jurusan teknik, MIPA, Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, IPK minimal 2,80, belum bekerja, dan tak sedang menerima beasiswa atau ikatan dinas dari lembaga lain.
Sementara itu, program Bantuan untuk Penelitian Tesis atau Disertasi Program Pascasarjana disediakan bagi staf pengajar universitas negeri atau staf lembaga penelitian milik pemerintah (LIPI/BPPT) yang sedang melanjutkan studi S-2 atau S-3 di perguruan tinggi negeri di Indonesia. Titik beratnya ada pada penelitian bidang teknik (diutamakan teknologi otornotif) dan lingkungan hidup.
Nah, jika informasi telah luas, persiapan telah matang, dokumen lengkap, dan mental siap, tunggu apa lagi? Segeralah berburu beasiswa. Jika gagal mendapat beasiswa dari satu lembaga, jangan putus asa. Masih banyak beasiswa yang bisa didapatkan dari lembaga atau negara lain. Yang diperlukan adalah kegigihan dan semangat pantang menyerah!
Sumber : http://edukasi.kompas.com/